Foto: Rahma Wita Harahap |
Medan | Neraca — Politeknik Negeri Medan kembali bekerja sama dengan Biro Psikologi Marsha Puntadewa dalam melaksanakan psikotes yang sudah sejak 11 tahun lalu dilaksanakan untuk membekali mahasiswa-mahasiswa baru. Seperti tahun sebelumnya, kegiatan ini berlangsung di Gedung Z Lantai 5, dimulai dari Senin (21/3) sampai dengan Selasa (29/3). Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk pembentukan perilaku ketika melamar pekerjaan, agar sesuai dengan pasar kerja. Terutama dalam menghadapi wawancara kerja, untuk memperbaiki imej supaya positif.
“Sebenarnya di lembaga lain, ini tidak pernah ada. Kalian seharusnya bersyukur, berterimakasih pada lembaga Politeknik ini. Kenapa? Di awal kalian sudah diberikan suatu wacana, atau masukan, atau pengalaman mengenai psikotes. Karena kita tahu bahwa banyak orang yang melamar suatu pekerjaan itu justru gagalnya di psikotes. Nah, kalian diberikan ini memang tujuannya adalah untuk mengetahui potensi kalian masing-masing. Selama ini kalian tes misalnya, tetapi tidak dikasih tahu hasilnya. Kemudian tes lagi, tidak dikasih tahu bagaimana mengembangkannya. Nah, kalau di sini, setelah kalian tes, kalian akan tahu bahwa potensi kecerdasan kalian seperti apa, sudah maksimal atau belum. Memang potensi kalian sudah bagus semua di sini. Sudah cerdas. Tapi tidak maksimal. Percuma saja, ‘kan, kalau tidak maksimal? Nah, makanya kita kasih tahu bahwa potensi kalian belum maksimal pada saat feedback. Kemudian ada aspek-aspek lain seperti kejujuran, tanggungjawab. Nah, semua tujuannya adalah supaya kalian menyadari, oh ternyata potensiku bagus, tapi aku yang tidak maksimal. Kita juga akan memberitahu cara memaksimalkannya,” jelas Ibu Marlinda ketika diwawancarai pada Selasa (22/3).
Pelaksana Biro Psikologi Marsha Puntadewa yang sudah ada sejak 1996 ini juga menambahkan, di semester 6 nanti akan kembali diadakan kegiatan yang sama untuk mengingat kembali apa yang telah diberikan sebelumnya. Supaya ketika melamar pekerjaan nanti, apa yang dulu diberikan di awal sudah melekat.
Untuk mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini akan mendapatkan sertifikat yang dijadikan salah satu syarat wisuda. Sertifikat tersebut sudah dapat diambil di semester 6. Adapun sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan pada tahun berjalan, Ibu Marlinda menjelaskan, harus membayar lagi jika mengikuti kegiatan pada tahun selanjutnya.
“Ibu menyarankan untuk anak-anak pada waktu pelaksanaan, kita sudah membuat jadwal, 7.30 harus sudah jalan. Tapi anak-anak tetap datang terlambat. Jadi untuk kedepannya, dengan adanya pers ini, mungkin akan lebih baik. Karena akan lebih tersosialisasi. Anak-anak jadi lebih tahu fungsi diadakannya kegiatan ini. Sehingga kalau mereka tahu fungsinya ada, tentu mereka akan tepat waktu. Itu harapan kita,” tutur Ibu Marlinda. (RWH/NO)