Perilaku hedonisme di Kota Medan sudah semakin mengakar. Hampir semua remaja di Kota Medan sekarang tidak kalah dengan remaja di Kota Metropolitan. Tetapi tidak dengan Sam. Ya, Sanaam Mayta Situmorang, gadis belia berumur 20 tahun kelahiran Pematang Siantar ini, bukan salah satu nya. Sam, mampu membuktikan bahwasanya kehidupan remaja dewasa ini mampu berkontribusi besar untuk negeri, terutama remaja di Kota Medan.
Lahir sebagai seorang anak sulung dari tiga bersaudara, Sam mempunyai segudang prestasi dan kontribusi sebagai seorang remaja. Selain aktif berorganisasi, prestasi akademik nya juga tak kalah menjulang. Dengan hobi menulis tersebut, Sam mengukir banyak prestasi di bidang itu. Diantara nya adalah Participant in Short Story National Writing Competition Banyuwangi, Favorite Contributor in Short Story National Writing Competition “Hujan”, Contributor in Short Story National Writing Competition “Cerita Anak”, As the 99th Writer of Contributor in Poet National Writing Competition “Kutub – Kutub Salju”, Contributor in Short Story National Writing Competition “Maaf”, Contributor in Short Story National Writing Competition “Perjuangan untuk Merdekakah?”.
Berasal dari keluarga yang sederhana, membuat Sam tumbuh sebagai seorang anak yang dituntut untuk mengoptimalkan kemampuan nya dengan budget yang “pas”. Namun terlepas dari hal tersebut, kedua oangtua nya selalu mendukung keinginan Sam untuk berprestasi. Sam mengaku, setiap bulannya ia selalu diberikan budget untuk membeli beberapa buku dan buku tersebut wajib dibaca sampai habis dalam jangka satu bulan. Budget yang “pas” tersebut sama sekali tidak menghambat nya untuk tetap berprestasi. Melalui kegiatan-kegiatan dan konferensi yang diikutinya, Sam mempunyai kesempatan yang lebih besar lagi untuk meng-expand kemampuan menulisnya.
Dengan kemampuan menulis yang dimilikinya sekarang, Sam sudah menerbitkan satu buah novel berjudul “Criminal Love” yang dijual dengan harga sekitar Rp 31.000,- di toko buku. Sementara satu novel baru nya yakni “I Found Me”, sedang dalam proses pencetakan. Hal ini membuktikan bahwa remaja-remaja seumuran Sam, sebenarnya dapat banyak melakukan hal lebih dari sekedar hedon dan menghabiskan uang orang tua.
“Tidak peduli kau memiliki warna yang berbeda, atau kau miskin diantara mereka, mimpimu tidak bisa dianggap sebelah mata.” Begitulah ungkap Sam saat kami tanya apa harapan nya terhadap masyarakat yang membaca karya tulisnya. “Bagaimanapun hasil karya tulis kita, itu adalah semua yang ingin kita curahkan, menggunakan usaha dan kemampuan kita yang terbesar. Jadi bagaimanapun hasilnya, baik atau buruk kah itu, tidak ada yang boleh menilai sebelah mata hasil karya kita, kak.” Jelas Sam.
Tentu ini menjadi ulasan yang menarik, bahwasanya ternyata Kota Medan mempunyai seorang penulis muda dengan keinginan yang besar dalam mengembangkan dirinya. “Aku harap, remaja-remaja di Kota Medan bisa nggak kalah dengan orang-orang di kota besar, kak. Nggak kalah dalam berkontribusi untuk masyarakat dan bangsa, jangan cuma sekedar menghabiskan uang dan waktu.” Ungkap Sam.
Sarah Claudia-Castarica Publisher.