Medan | Neraca – Indonesia merupakan Negara yang rentan terkena bencana alam seperti gempa, banjir dan unung meletus hal ini dikarenakan letak geografisnya yang dilalui daerah cincin api Pasifik. Maka dari itu, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi Sumatera Utara bekerja sama dengan Politeknik Negeri Medan membuka Program Konsentrasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Jurusan Teknik Sipil. Program ini sudah diusungkan pada tahun 2015 lalu oleh Ir. Soleh Siregar kepala badan BPBD Sumatera Utara (sekarang diganti oleh Bapak dr. Rialdi Lubis) dan baru disahkan pada tahun 2017 ini. program ini didirikan dengan harapan agar masyarakat Sumatera Utara khususnya agar lebih siaga dalam menghadapi bencana, itulah dasarnya kenapa Politeknik Negeri Medan membuka program ini.
Lalu pada pergantian kepala BPBD Provinsi Sumatera Utara yang sekarang yaitu bapak dr. Rialdi Lubis, pihak Polmed berkoordinasi dengan beliau untuk dapat merespon apa yang sudah direncanakan diawal oleh pihak Polmed dengan harapan agar remaja saat ini lebih peduli terhadap bencana yang sering terjadi belakangan ini seperti gempa, banjir dan gunung meletus. Program ini juga sudah dipaparkan kepada Gubernur Sumatera Utara yaitu menjelaskan apa tujuan dari dibentuknya program kebencanaan ini dengan lengkap dan disertakan juga dengan proposal yang telah disusun. Pada akhirnya hal ini dapat disetujui dengan memberikan beasiswa atau dana kuliah kepada mahasiswa secara penuh untuk program BPBD di Politeknik Negeri Medan. Fasilitas yang didapatkan dari beasiswa ini sudah berupa dana praktek dan wisuda.
Untuk peserta didiknya sendiri rencananya diambil dari seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan diharapkan dari setiap kabupaten mengirimkan satu masyarakatnya agar ikut dididik di program ini. Menunggu realisasi dari tahun 2015 hingga 2016 belum juga mendapatkan respon, mungkin dikarenakan adanya kendala di salah satu syarat umur yaitu maksimal 35 tahun. Namun, apakah dengan umur 35 tahun bisa didudukan di bagian penaggulangan bencana? Dan apakah dengan umur 35 tahun dari segi fisik dan memori dapat mengikuti proses belajar mengajar? Hal inilah yang membuat BPBD di Politeknik Negeri Medan membuka diri untuk umum dan menerima mahasiswa dengan syarat lulusan dari SMA jurusan IPA maksimal 24 tahun dan menjalani prosedur ujian masuk seta tes kesehatan serta jumlah peserta yang diterima yaitu 35 orang. Adapun alasan kenapa pihak Polmed dan BPBD berani membuka diri untuk masyararkat karena mereka tidak kunjung mendapatkan peserta dari setiap kabupaten di Sumatera Utara.
Dalam proses belajar mengajar mereka belajar di Gedung B karena mereka tergabung dalam Jurusan Teknik Sipil dan konsentrasi manajemen kebencanaan. Untuk sekarang ini program kebencanaan ini masih dalam bentuk konsentrasi belum menjadi Program studi (Prodi). Pihak polmed juga akan membenahi apakah layak menjadi prodi dan sesuai nomenkulator. Fokus pelejarannya untuk semester awal masih umum seputaran pengetahuan alam, mengenal lingkungan dan keselamatan kerja serta. Bisa dikatakan 60% mereka mempelajari itu dan 40% mereka belajar di bidang kebencanaan.
“Ini bukan program kerjasama atau ikatan dinas. Belum ada kontrak yang dijalankan Politeknik Negeri Medan,” tutur Wakil Direktur IV Politeknik Negeri Medan, Ir. Berta Br.Ginting, M.T.
Karena program ini adalah yang pertama kali di Polmed dan nantinya lulusan angkatan pertama mungkin akan diambil oleh pihak BPBD sendiri. Untuk tahun ini mereka tidak mengikuti Bintalfisdis karena ada kendala jadwal yang mepet serta bertabrakan, pastinya tahun depan mereka akan mengikuti Bintalfisdis karena Bintalfisdis sifatnya wajib di Politeknik Negeri Medan. (PAS)