Foto: Mahasiswa GMF
Medan | Neraca – Kelas Kerjasama PT. GMF AeroAsia Politeknik Negeri Medan (Polmed) angkatan 2015 tengah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Garuda Maintenance Facility AeroAsia, Cengkareng, Jakarta Barat. Kegiatan PKL ini berlangsung mulai tanggal 22 Januari 2018 – Agustus 2018. Selama PKL berlangsung, mahasiswa akan mempelajari seluruh komponen-komponen pesawat. Sistem Praktik Kerja Lapangan (PKL) Kelas Kerjasama PT. GMF AeroAsia berbeda dengan sistem PKL dari jurusan-jurusan yang ada di Polmed. Salah satu instruktur GMF, Bapak Soni Hestukoro, S.T. menjelaskan perbedaan PKL tersebut. “Kan sistem PKL GMF itu berbeda dengan PKL jurusan lain. Di jurusan lain itu PKL-nya hanya melaporkan judul dan isi mengenai pengerjaan yang dilakukan selama PKL berlangsung kepada Dosen Pembimbing masing-masing. Sedangkan di GMF, PKL yang dilakukan itu mereka diberikan teori sekaligus praktik dan mereka langsung dinilai dari pelajaran yang dilakukan oleh pihak GMF yang berada disana,” tuturnya.
Bapak Soni mengungkapkan bahwa pesawat yang ada di Polmed sekarang ini belum selengkap yang ada di Cengkareng. Beliau mengungkapkan pesawat di Polmed hanya sebatas perkenalan alat-alat yang ada di dalam pesawat. Jadi untuk lebih memperdalam lagi bagian-bagian pesawatnya maka mahasiswa GMF angkatan 2015 melakukan Praktik Kerja Lapangan di Cengkareng.
Bapak Soni menjelaskan alasan mengapa mahasiswa Kelas Kerjasama GMF Polmed melaksanakan PKL di Cengkareng, “Sebelumnya sudah disosialisasikan dan dibicarakan dengan training manager dan Ketua Jurusan, jadi sebelum berangkat sudah disampaikan, bukan istilahnya mendadak. Jadi kalau ditanya kenapa kesana, ya karena kampus-kampus lain yang ada kelas kerjasamanya juga kesana. Jadi kita yang ada kelas kerjasamanya juga kesana. Kita sudah sampaikan dasar pemikirannya ke mereka mengapa demikian, dan sejauh ini mereka enjoy saja.”
Hal senada juga disampaikan oleh Sekjur Teknik Mesin, Ir. Abdul Razak, M.T. “Itukan kerjasama ya, standar yang mereka inginkan itu sangat tinggi. Harusnya kan waktu mereka disini mereka yang kontrol. Karena itu juga untuk mereka. Umpamanya seperti ini, anak GMF dititipkan ke kita terus ketika dia balik ke ibu kandungnya ya lebih intensif lah kan gitu. Lebih intensif lagi pengawasannya dan lebih tinggi lagi standar yang diinginkan. Karna itu merupakan standard internasional ya. Dimanapun mereka ditempatkan diharapkan sudah siap. Ready gitu. Jadi kenapa di Cengkareng karena kita kerjasama pusat GMF itu di Cengkareng.” ujarnya
Beliau mengatakan bukan hanya mahasiswa Polmed saja yang mengambil tempat untuk PKL di Cengkareng. Ada 4 Politeknik yang juga PKL disana. Untuk keperluan hidup disana, mahasiswa harus mengeluarkan budget tambahan selama PKL. “Mereka praktik tidak bayar, cuma biaya hidup ditanggung dari mahasiswa sendiri. Biaya tiket pesawat, tempat tinggal, biaya makan itu semua ditanggung oleh mahasiswa sendiri. Dan hal ini telah disampaikan kepada mahasiswa sebelumnya. Jadi tidak ada yang ditutup-tutupi lagi. Lima belas juta per semester itu lah biayanya termasuk biaya praktek di Cengkareng sana. Tapi biaya hidup ditanggung mahasiswa sendiri,” tuturnya.
Bapak Abdul Razak menjelaskan jaminan untuk dapat bekerja di GMF dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa selama kuliah. Hal ini dipertegas oleh Bapak Aulia Salman S.T., M.T., selaku Kepala Program Studi (Kaprodi) Teknik Konversi Energi saat ditemui untuk wawancara (28/2). “Untuk dapat diterima bekerja di GMF IPK harus diatas 3. Jadi kan mengikuti 2 regulasi. Regulasi DKPU Perhubungan sama regulasi Polmed. Karna ujiannya pun 2 kali, ujian Politeknik sama ujian AMTO. Ujian AMTO untuk lisensi sertifikat. Dimana ujian AMTO ini akan mendapatkan sertifikat BAM. Kalau tidak lulus ujian dan tidak memiliki lisensi BAM bisa dipastikan tidak bisa masuk GMF walaupun sudah tamat dari Polmed. Tetapi kalau dia lulus ujian Polmed dan ujian AMTO serta mempunyai lisensi BAM bisa langsung diterima oleh pihak GMF.
Bapak Aulia Salaman mengatakan bagi mahasiswa yang tidak lulus ujian dapat mengikuti remedial, tetapi itu ada batasan jumlah remedial yang diikuti. Jika tidak lulus juga maka mahasiswa tidak dapat diterima masuk GMF. Saat ini pihak Polmed belum bisa memberi rekomendasi bagi mahasiswa yang tidak lulus ujian dan tidak punya lisensi BAM. Saat ini Polmed hanya bisa meluluskan angkatan pertama. Bapak Aulia Salman menjelaskan tujuan diberlakukannya ujian dan harus memiliki sertifikat lisensi BAM agar mahasiswa terpacu untuk serius dan mengejar masuk GMF.
“Saat ini kita mau meluluskan, ya kita harapkan jangan lah seperti itu. Kita mau semua lulus, karena mahasiswanya sedikitnya, hanya 23 orangnya,” ungkap harapan Bapak Abdul Razak dan Bapak Aulia Salma saat ditemui di ruangan yang sama. (SR)
|