Medan | Neraca – Pers Mahasiswa Pijar USU bersama Yayasan Sinema Manuproject Production Indonesia menggelar kolaborasi peringatan Hari Puisi Internasional pada 21 Maret 2021 melalui kanal Youtube Media Pijar. Kolaborasi menakjubkan ini melahirkan pemeragaan puisi secara visual yang berhasil memukau penontonnya. Mulai dari Puisi Berantai, Musikalisasi Puisi hingga Teatrikal Puisi sukses mengundang emosi. Dengan tajuk ‘Mengenalku Sebagai Manusia’, kru Persma Pijar secara bergantian bermain peran dalam bait-bait puisi yang mereka persembahkan. Sebagai pembuka, mc sempat berujar, “Ketika pers dibungkam, maka sastra mampu berbicara.”
Pers Mahasiswa Pijar memperingati Hari Puisi Internasional 2021 dengan mengangkat isu humanity yang dewasa ini perlu ditingkatkan. Terlebih ketika masa sulit seperti saat ini yang mana harus menghindari adanya kesenjangan manusia. Maka dari itu, Persma Pijar menyampaikan rasa kemanusiaan itu lewat puisi yang kemudian bisa diserap oleh pendengarnya.
Dalam wawancaranya, Nia Nuryanti Barus selaku ketua penyelenggara menjelaskan alur persiapan produksi. Persiapan memakan waktu sekitar 2 bulan dimulai dari pembentukan panitia. Serta dalam produksi mencakup 3 tahap, yaitu tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap pasca produksi. Pada tahap pra produksi, Persma Pijar mengumpulkan puisi-puisi dari seluruh awak pijar, tahap produksi yaitu syuting dengan Yayasan Manuproject, dan tahap pasca produksi adalah tahap editing video yang juga dibantu oleh rekan kolaborasi.
“Untuk kendala karena tidak seluruh panitia berdomisili Medan, sehingga terkadang koordinasi kurang lancar dan terjadi miskomunikasi yang berujung kesalahpahaman. Namun semuanya masih dapat diatasi secara internal,” ungkap Nia saat ditanyakan perihal kendala.
Tak lupa Nia mewakili seluruh awak Pijar memberi kesan atas kegiatan yang mereka selenggarakan. “Tentunya merasa bersyukur karena acara ini dapat berjalan dengan baik walau tentu masih ada kekurangan, mengingat ini pertama kalinya Pijar merayakan Hari Puisi. Juga bangga kepada awak Pijar yang biasanya menulis, ternyata mampu menyampaikan makna lewat puisi yang disuarakan,” jelas Nia menutup wawancaranya. (AFS/JLT)