Medan | Neraca – LPM Bahana Mahasiswa Universitas Riau resmi menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) dengan nama Kenal Jurnalism Sastrawi V (Kenal Sastrawi V) serta mengusung tema “Data dalam Narasi” pada Sabtu, (24/7/2021). Pelatihan ini digelar melalui aplikasi Zoom Cloud Meetings yang diikuti oleh 20 peserta asal perwakilan Pers Mahasiswa se-Indonesia.
Mawa Kresna selaku Newsroom Manager Indonesian Data Journalism Network (IDJN) dan Jurnalis di tirto.id membawakan materi seputar Jurnalisme Data di sesi pertama.
Dalam penayangan materinya, Mawa menjelaskan Jurnalisme data adalah proses mengumpulkan, mengelola hingga memvisualisasikan data untuk mendukung kerja jurnalistik.
“Sebenernya, jurnalisme data sudah tak asing di kalangan para jurnalis sejak dulu, tapi belum semua jurnalis ataupun media yang menggunakan metode ini untuk menyajikan sebuah berita atau narasi. Jadi, jurnalisme data bisa disebut juga sebuah proses untuk mengumpulkan, mengelola hingga memvisualisasikan data yang bertujuan untuk mendukung kerja jurnalistik,” ungkap Mawa.
Metode penyajian sebuah berita atau narasi merupakan salah satu pemanfaatan big data tentang bagaimana kita mempertanyakan dan membuktikan peristiwa dengan data. Serta tidak ketinggalan di era sekarang para jurnalis dituntut lebih melek untuk menggunakan metode ini. Sebab seiring berjalannya waktu, hoaks dan disinformasi yang ada di masyarakat malah makin memburuk. Maka dari itu peran jurnalis sangat dibutuhkan untuk memverifikasi, seperti apakah berita itu benar atau tidak serta mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap Pers khususnya di Indonesia.
Untuk Indonesia sendiri sudah ada beberapa media yang menerapkan metode jurnalisme data ini seperti Lokadata, Katadata, Tirto.id, Kompas, IDJN, Journocoders dan Tempo. Dari jurnalisme data ini kita juga bisa mengetahui pola dari banyak hal mulai dari ekonomi, sosial, teknik, dan sebagainya.
Selanjutnya Mawa mengatakan terdapat beberapa tahapan penting dalam memulai liputan berbasis data. Pertama ialah mencari data. Pada tahap pertama ini data yang dicari bisa berasal dari scrapping, survey, hasil riset lembaga dan sebagainya. Kedua yaitu memahami data dengan cara membersihkan data agar lebih spesifik, menganalisis, memverifikasi sampai dengan mencari cerita. Serta yang terakhir atau ketiga yaitu publikasi. Bisa berbentuk narasi, infografik ataupun game. Alat yang dibutuhkan dalam jurnalisme data ini dapat dikatakan bermacam-macam dan disesuaikan oleh kebutuhan. Alat-alat tersebut adalah, Advance-Search Google. Scraping Tools seperti, R, Data Miner, Python, dan lain-lain. Ada juga Spreedsheet, Open Refine, Gepshi, sampai alat yang dibutuhkan ketika data tersebut ingin di terbitkan yaitu Flourish, Tableu, Kumu dan lain sebagainya.
Sebelum penjelasan materi berakhir, terdapat kutipan menarik dari slide pemateri yaitu “Fokus bergeser dari pertama yang mengabarkan, menjadi yang pertama mengungkapkan apa yang ada di balik perkembangan terbaru”. Nah, kutipan tersebut berasal dari buku The Data Journalism Handbook karya Editor Gray, Chambers & Bounegru yang artinya dengan adanya data, kita bisa menjadi orang pertama dalam menyiarkan dan mengabarkan informasi kepada sesama. Namun, bergeser dari fokus tersebut, dengan adanya data kita juga bisa menjadi orang yang paling pertama dalam mengungkapkan sebuah informasi terbaru, karena berangkat dari perkembangan data-data yang ada.
Hingga akhirnya, materi yang disampaikan telah berakhir dan dilanjutkan kembali pada hari Minggu, (25/7/2021) sekaligus menyampaikan tugas kepada para peserta dan akan melakukan evaluasi tugas pada hari Sabtu, (31/7/2021). (TM)