Medan | Neraca – KontraS SUMUT sukses selenggarakan workshop dan diskusi dengan mengusung tema “ Mendorong Pers Mahasiswa Peduli Isu Hak Asasi Manusia” yang dilaksanakan pada 24 September 2021 pukul 13.30 WIB s/d selesai di d’Caldera Coffee (Jl. Sisingamangaraja No.132, Teladan Barat, Sumatera Utara, 20215).
Kegiatan ini turut dihadiri oleh perwakilan seluruh LPM se-kota Medan seperti LPM Neraca, LPM Pijar, LPM Sigma, LPM Teropong, LPM Sigma, LPM Lentera, LPM Kreatif, LPM BOPM Wacana, LPM Analik, LPM Stik-press, dan LPM Dinamika. Adapun perkenalan peserta menjadi awal pembukaan acara. Kemudian disusul pemaparan materi oleh Rahmat selaku staff kajian dan penelitian KontraS Sumut, selanjutnya pembagian kelompok untuk berdiskusi mengenai kasus pelanggaran HAM dan makan bersama sebagai penutup acara.
Kegiatan ini merupakan program berkelanjutan terkait dengan pelatihan HAM dan jurnalis. KontraS SUMUT sudah membangun relasi sejak tahun 2019 tetapi itu masih dalam kelompok-kelompok jurnalis lokal. Jadi, diadakannya kegiatan ini untuk membangun relasi yang lebih spesifik dengan mahasiswa mengenai pemahaman HAM bagi jurnalis mahasiswa.
Dalam pemaparan materi, Rahmat mengatakan, “Di era demokrasi peran jurnalis dalam menjaga Hak Asasi Manusia amatlah besar. Pasca jatuhnya rezim otoriter Soeharto, Jurnalis melalui institusi media benar-benar menikmati statusnya sebagai the fourth estate (pilar kekuasaan keempat). Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hal yang seringkali dibicarakan dan dibahas, terutama dalam era reformasi saat ini.
Namun demikian masih banyak pemahaman yang belum utuh, bahkan salah kaprah dalam mengartikan apa sesungguhnya HAM. Asasi dalam konteks HAM dimaknai sebagai hak yang tertanam dalam jati diri manusia. Bukan karena diberikan Negara atau Pemerintah, bukan pula karena diciptakan oleh masyarakat. Hak-hak yang asasi itu ada semata-mata ada karena kita adalah manusia”.
Saat diwawancarai , Rahmat turut menyampaikan harapannya kepada seluruh lembaga pers mahasiswa yang hadir, “Semoga kawan-kawan paham dengan materi yang kami berikan dan semoga bisa diimplementasikan dalam menulis berita di kampus serta juga menjadi suatu kewaspadaan bagi kalian mengingat besarnya kendala-kendala yang terjadi dalam penyelesaian isu di kampus dan kalian bisa menganalisis apakah isu ini memiliki sensitif dan ketika itu menjadi persoalan konflik, kalian harus juga mencari jalan apa yang bisa dilakukan, advokasi apa yang bisa dilakukan”.
Sebagai penutup wawancara, Rahmat juga memberikan pesan dan kesannya “Kegiatan ini menarik dan sangat responsif. Saya pribadi cukup bangga dengan respon kawan-kawan mengenai apa yang kami laksanakan saat ini dan kita akan coba lagi mengembangkan fondasi jurnalis di Medan yang semua belum tergabung pada diskusi hari ini,” ujarnya. (DFW, DPS, ATR)