Medan | Neraca – Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki begitu banyak kebudayaan serta peninggalan sepanjang sejarah yang beberapa diantaranya tersimpan rapi di tempat-tempat tertentu yang saat ini menjadi tempat destinasi wisata untuk kita mengenal sejarah. Salah satu tempat destinasi wisata sejarah dapat kita temukan di provinsi Sumatera Utara, Istana Maimun. Istana Maimun merupakan objek wisata bersejarah peninggalan kesultanan Deli yang mulai dibangun pada 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891 yang menggabungkan konsep arsitektur tradisional bergaya Melayu, Timur Tengah dan Eropa.
Istana Maimun sangat melekat erat dengan kebudayaan Melayu. Disana kita akan disuguhkan dengan sejarah kebudayaan Melayu dengan beberapa fasilitas yang cukup dengan harga yang terjangkau.“ Banyak keunggulan Istana Maimun yang menjadi alasan daya tarik wisatawan dibandingkan destinasi sejarah lainnya dimulai dari harga tiket masuk yang terjangkau di semua kalangan masyarakat, fasilitas yang memadai seperti guide atau pemandu, sejarah dan kebudayaan tentang Melayu yang disuguhkan, serta tersedia juga toko souvenir. Disini kita juga dapat mendengarkan live music Melayu yang dimulai pada pukul 11.00 WIB s/d 12.00 WIB untuk menghibur para tamu yang datang”. Jelas salah satu pemandu di Istana Maimun, Fajri.
Dengan fasilitas yang sedemikian rupa disediakan di Istana Maimun, banyak pengunjung ataupun wisatawan yang datang, salah satu pemandu Istana Maimun, Fajri, mengatakan bahwa sekitar 70% sampai 80% pengunjung yang datang hal ini terjadi terutama dikarenakan mulai berkurangnya pembatasan jarak yang terjadi selama Covid-19.
Meskipun banyak wisatawan yang berkunjung, beberapa diantara mereka masih kurang puas dengan fasilitas yang diberikan oleh Istana Maimun ini. salah satunya adalah pengunjung asal medan, Putri Rahmadhani dan Puan Yasmin Azzahra, “ Istana Maimun merupakan salah satu destinasi wisata yang ikonik di Medan. Namun sangat disayangkan banyaknya pedagang di dalam Istana Maimun membuat ketidaknyamanan bagi para pengunjung, sehingga para pengunjung yang datang untuk mempelajari dan mengetahui sejarah yang ada di dalam Istana Maimun menjadi terhambat”.
Alasan ini diperkuat dengan pengunjung lainnya, Nurul Mbayang, Ani Sekar, dan Dwita.”Banyaknya pedagang yang berjualan membuat lingkungan sekitar Istana Maimun menjadi kotor dan banyak sampah sehingga membuat pengunjung menjadi tidak nyaman. Apalagi Istana Maimun merupakan hal yang berhubungan erat dengan adat dan kebudayaan, namun nilai itu malah pudar dirasakan pengunjung, karna banyaknya pedagang yang berada disana. Beberapa tempat di dalam Istana Maimun juga tidak dapat dimasuki lagi seperti dulu, namun diantara itu saya sangat berharap adanya perbaikan dari pihak pengurus Istana Maimun untuk mengurangi jumlah pedagang yang ada di dalam Istana Maimun, sehingga para pengunjung dapat lebih menikmati sejarah yang disuguhkan”.
Kritik dan saran dari pengunjung merupakan salah satu cara untuk memperbaiki destinasi wisata menjadi lebih baik lagi kedepannya, dengan kritik dan saran tersebut akan memudahkan para pengurus destinasi wisata Istana Maimun untuk mengatur dan memilah hal-hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Fajri selaku pemandu wisata Istana Maimun mengharapkan lebih banyak kunjungan ke Istana Maimun dan tetap menjaga adat dan kebudayaan. “Kita harus selalu menjaga kelestarian budaya, bahasa dan kerukunan agar tidak terpecah belah. Saya harap Istana Maimun dapat selalu menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang memiliki unsur nilai budaya yang kuat dan menjadi tempat yang memiliki daya tarik bagi para pengunjung”. (RAB/NB)