Medan | Neraca- Pekan Olahraga Wilayah (PORWIL) VIII Tahun 2023 Kota Medan telah berlangsung sejak 21 Februari dan berakhir pada 3 maret di tiga wilayah dengan mempertandingkan tiga cabor. Mahasiswa Politeknik Negeri Medan yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Mapagratwa berhasil mendapatkan 2 medali emas, 1 medali perak dan 2 medali perunggu dengan cabang lomba yang diikuti adalah Lead Umum Putra, Lead Umum Putri dan Arung Jeram kategori Slalom. Joyo Bastian Feri Purba dari kelas 6D Administrasi Bisnis mendapatkan medali emas dan Rahmat Miko dari kelas 6B Teknik Mesin mendapatkan medali perak pada Lead Umum Putra. Sedangkan pada Lead umum putri, Intan Friday Sinaga dari kelas 4H Administrasi Bisnis mendapatkan medali emas dan Elsha Vani Br. Anakampun dari kelas 2A Akuntansi Keuangan Publik mendapatkan medali Perunggu.
Pada Arung Jeram kategori slalom, Mira Handani dari kelas 2A Akuntansi Keuangan Publik bersama Sri Ulina Safitri Br. Ginting dari kelas 2D Administrasi Bisnis, Nadia Putri Lubis dari kelas 6G Administrasi Bisnis dan Likewise Grin Gulo dari kelas 8B Managemen Rekayasa Konstruksi Gedung mendapatkan medali perunggu.
Fitri Wilda Ningsih menyampaikan dalam wawancaranya bersama LPM Neraca (9/3) “Mapagratwa memiliki divisi arum jeram yang dimana tergabung ke dalam Paji Kota Medan dimana setiap ada pertandingan Porkot atau Porwil Kota Medan akan direkrut untuk mewakili kota-kota mana yang belum mempunyai atlet Arum Jeram nya.”
Dari kegiatan tersebut, ada beberapa hadiah yang di dapatkan oleh anggota UKM Mapagratwa Polmed yakni mendapat sertifikat beserta medali dan uang pembinaan dari kota masing-masing. “Misalnya kami membawa kota Medan Helvetia yang dimana mereka yang membiayai dan memberikan transportasi untuk mapagratwa, namun untuk ajang porwil kota medan itu benefit nya hanya mendapatkan medali dan sertifikat,” tambahnya.
Kemenangan mereka pada PORWIL ini tentu berkat kerja keras dan usaha yang mereka lakukan selama ini, meskipun sering kali kendala datang pada saat-saat latihan. Seperti kata Rahmat Miko, ia menyampaikan kendala yang ia rasakan selama masa latihan hingga berhasil mendapatkan mendali perak pada porwil VIII kota Medan “bantuan dana dalam kegiatan saat ini masih kurang, namun mungkin dalam hal perizinan masih ada beberapa yang bisa didapatkan, tapi jika untuk rincian dana saat ini masih minim. Supaya bisa mendapatkan mendali, kami berusaha untuk mendapatkan tempat latihan sendiri, mulai dari main ke Kompas USU, UINSU karena disana ada fasilitas yang memadai. Kami menumpang ke tempat-tempat yang bisa menampung kami untuk latihan. Kendala di latihan tempat untuk latihan minim, jadi pelatihan yang dilaksanakan tidak dapat maksimal, yang seharusnya dalam waktu satu minggu dapat diadakan 2 sampai 3 kali, ini bisa jadi dalam satu minggu hanya bisa dilakukan sekali atau dua minggu sekali. Karena minimnya fasilitas Politeknik Negeri Medan untuk kegiatan tersebut. Apalagi transportasi juga sulit karena rata-rata anak kost, kalau mau latihan di tempat lain harus mengeluarkan biaya transportasi lagi. Itu yang membuat terkendala untuk kami terus-menerus latihan karena kan untuk mencapai semua prestasi tidak akan mungkin instan, pasti ada proses yang rutin dilakukan. Untuk latihan sangat kurang dikarenakan fasilitas yang kurang memadai,” paparnya.
Selaras dengan Rahmat Miko, Intan Friday Sinaga yang mendapat medali emas pada kategori Lead umum putri juga menyampaikan kendalanya dan lagi-lagi karena fasilitas “kekurangan di perlengkapan. Dulu memang fasilitas itu sudah ada, namun sudah lama sekali, termakan usia dan saat ini sudah tidak layak dipakai di pertandingan. Untuk fasilitas yang digunakan pada saat bertanding itu meminjam, dengan mengusahakan bagaimana caranya agar fasilitas yang digunakan pada saat bertanding sesuai dengan standar yang berlaku. Arum jeram perlengkapannya meminjam. Kalau untuk lomba itu perlengkapan yang dibutuhkan oleh peserta itu disediakan oleh peserta.”
Sebelumnya, Mapagratwa Politeknik Negeri Medan sudah sering mengikuti kejuaraan tingkat kota Medan, dan sering mengikuti perlombaan itu dengan tujuan agar dapat mengikuti Pekan Olahraga Nasional. Namun, karena terbatasnya fasilitas yang disediakan oleh Politeknik Negeri Medan membuat UKM Mapagratwa kesusahan untuk berlatih.
Pengajuan perbaikan fasilitas latihan UKM Mapagratwa sudah pernah diajukan, Namun belum terwujud, mungkin karena dana nya yang terlalu besar. Alasan mengapa dana yang diajukan itu besar, karena UKM Mapagratwa menginginkan wall yang benar layak sesuai dengan standar nasional Indonesia. “Kalau bisa membuat wall itu jangan nanggung, kalau bisa buat yang langsung standar nasional, jadikan ada kesempatan untuk Politeknik Negeri Medan sendiri menjadi tuan rumah pertandingan, bahkan bisa jadi tuan rumah pertandingan PON. Wall untuk panjat tebing yang memenuhi standar nasional Indonesia belum ada di sumatera dan sebenarnya itu bisa menjadi peluang untuk menjadi tuan rumah PON 2023/2024 makanya kami mengusulkan untuk pembanguann wall tersebut”. Tutur Rahmat Miko.
Mereka berharap agar Politeknik Negeri Medan lebih memperhatikan UKM-UKM yang berpotensi untuk mengikuti perlombaan-perlombaan. Dukung prosesnya, jangan mengharapkan hasil saja, karena sesuatu itu tidak bisa langsung mencapai puncak, tidak bisa langsung mencapai sesuatu yang tinggi, semua dimulai dari bawah. Mereka sangat berharap agar Politeknik Negeri Medan lebih memperhatikan fasilitas untuk menunjang kegiatan tersebut. Semoga bisa terus men-support apapun dan memberi izin untuk kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan oleh seluruh mahasiswa Polmed. (TPB)