Medan | Neraca – Kamis (25/05) pukul 09.00 s/d 14.45 WIB, Pers Mahsiswa Pijar USU sukses gelar lokakarya (workshop) di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU. workshop ini merupakan salah satu rangkaian acara sekaligus puncak acara pada Pijar Grand Competition (Jargon). Acara yang mengusung tema The Art of Journalism ini merupakan workshop dan lomba berskala nasional yang diadakan secara daring dan luring. Perlombaan yang diadakan secara daring diantaranya ialah fotografi jurnalistik, desain grafis, dan juga menulis artikel. Sedangkan perlombaan yang diadakan secara luring ialah debat SMA dan live report.
Adapun Tujuan diadakannya Jargon Competition ini untuk mengasah kemampuan menulis, berbicara, dan berpikir melalui karya dan hobi. Worskhop yang merupakan puncak acara pada Jargon Competition ini dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia, doa bersama, dan kata sambutan oleh Wakil Ketua Panitia Pijar Grand Competition, pemimpin umum pers Mahasiswa Pijar, Ketua program Studi Ilmu Komunikasi dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.
Workshop ini diisi dengan penyampaian materi mengenai “Masa Depan Jurnalisme, AI, dan Digitalisasi” yang disampaikan oleh Usman Kansong selaku Keynote Speaker. “Menilik Kebebasan Jurnalis di Era Kritis” yang disampaikan oleh Nofri Affandi. Dan Penyampaian materi dari Agnes Sinambela mengenai “Bebas dan Lepas : Batasnya Di Mana?”.
“Saat ini kita di era kebebasan pers, tapi tak dipungkiri kita juga berada di tengah disinformasi yang besar. kebebasan pers lahir dari demokrasi, tanpa demokrasi kebebasan tidak akan pernah ada, kebebasan disini bukan bebas sebebas-bebasnya. Kenapa? Karena pers yang bebas, harus memiliki tanggung jawab, nah tanggung jawab ini yang menjadi batas dalam kebebasan dan beretika dalam pers. bertanggung jawab ini yang jadi etikanya, harus seperti apasih kita menjalankan praktik-praktik jurnalisme kita. karena tanggung jawab dan perjuangan yang panjang inilah kebebasan pers memiliki batasan, oleh karena itu, kebebasan ini harus kita rawat sebagaimana mestinya, agar tak kebablasan,” Ujar agnes.
Raymond Silalahi selaku Ketua Pantia berharap, dengan terlaksananya Jargon Competition ini, kita dapat menerapkan ilmu baru dan pandangan baru tentang jurnalistik. “Saya harap mereka bisa menerima ilmu baru dan pandangan baru tentang jurnalistik, dan juga saya berharap mereka menerapkan ilmu yang diberikan oleh pemateri, sehingga jika suatu saat mereka terjun pada bidang jurnalistik, mereka dapat mengikutsertakan seni di dalam karya jurnalistik mereka”. Harapnya.
Acara ini ditutup dengan penyerahan plakat dan cendera mata serta sesi foto bersama Nofri Affandi dan Agnes Sinambela selaku pemateri Workshop Jargon, pengumuman serta foto bersama dengan pemenang kompetisi dan closing ceremony oleh MC.(RH)