Oleh: Tiara Padma Balqis Hasibuan
Menjadi seorang mahasiswa merupakan suatu hal yang membanggakan dan memiliki nilai lebih di kalangan masyarakat luas. Menjadi seorang mahasiswa bukanlah hal yang mudah, namun bukan pula hal yang rumit. Tidak ada hal atau sifat yang menjadi keharusan disini. Setiap manusia memiliki pola pikir, pandangan, hingga takdir yang berbeda-beda.
Sering kali setiap manusia menganggap bahwa status sosial dinilai dari seberapa banyak gelar yang ia dapat dalam proses studi nya. Tak mengapa, karena memang mendapatkan gelar membutuhkan banyak pengorbanan, dan kita juga tidak bisa menyalahkan perspektif manusia terhadap hal tersebut.
Menjadi mahasiswa tentunya memiliki tantangan yang besar, mulai dari segi tingkat pembelajaran yang harus ditingkatkan, uang yang lebih banyak dikeluarkan, waktu yang jauh lebih banyak untuk dikorbankan dan sebagainya. Saat ini banyak mahasiswa yang berkeluh kesah tentang jurusan yang mereka pilih dengan alasan bukan passion atau minatnya, atau yang sering kita dengar dengan sebutan “salah jurusan”. Salah jurusan sendiri dapat terjadi ketika calon mahasiswa memilih jurusan tersebut bukan sesuai dengan kemampuannya melainkan karena paksaan orang tua atau orang disekelilingnya, tidak ada yang menerima ia di manapun selain jurusan tersebut, ikut-ikutan teman, bingung mau pilih jurusan apa karena dengan alasan “yang penting kuliah” dan sebagainya. Ahli Educational Psychologist asal Integrity Development Flexibility (IDF) pada tahun 2022, Irene Guntur menyebutkan bahwa sebesar 87 persen mahasiswa Indonesia salah jurusan.
Menentukan jurusan pada saat kuliah adalah hal yang penting. Mulai dari mempertimbangkan minat dan bakat, pengalaman hingga prospek kerja kedepannya. Untuk jenjang D3 yaitu 3 tahun dan S1/D4 yaitu 4 tahun bukanlah waktu yang singkat apalagi banyak yang di korbankan dalam kurun waktu tersebut.
Sebenarnya apakah salah jurusan menjadi salah satu alasan yang berpengaruh terhadap mental mahasiswa?. Menurut saya iya, karena saat kita sudah masuk di bangku kuliah, kita di tuntut untuk dapat menyelesaikan tugas atau mengikuti mata kuliah yang diwajibkan sedang hal tersebut tidak sesuai dengan kemauan kita sendiri, hal itu akan membuat kita terpaksa untuk mengerjakannya. Akibat dari keterpaksaan tersebut, maka otomatis otak akan bekerja dengan penuh sedangkan hati enggan untuk tetap melakukannya. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental karena diri kita akan terus-terusan merasa tertekan dan menganggap bahwa kita tidak menyukai hal tersebut. Ketika seorang mahasiswa tidak menikmati kehidupan kuliahnya, disanalah mentalnya mulai tidak aman, mulai sering bosan, jenuh, asal-asalan mengerjakan tugas, tidak memperhatikan dosen, menjadi mahasiswa yang tidak peduli dengan lingkungan kuliahnya dan sebagainya.
Kembali lagi, sebenarnya mental yang sehat itu tergantung kepada bagaimana kita dapat menerima keadaan dengan lapang dada dan berfikir bahwa kita dapat melewati hal tersebut secara perlahan. Tidak ada tuntutan kesempurnaan didunia ini. Begitu juga menjadi mahasiswa, kita tidak dituntut harus sempurna setiap kali mengerjakan tugas atau diskusi dan sebagainya. Tugas kita adalah belajar memahami materi yang diberikan dengan baik dan penasaran terhadap materi tersebut agar apa yang disampaikan oleh tenaga pengajar bukan menjadi suatu kesialan melainkan suatu berkah yang harus kita syukuri keberadaannya. Pola pikir dan sikap yang bersyukur akan membawa kita kepada ketenangan yang nantinya mengarah pada mental yang sehat. Selalu berfikir bahwa segala sesuatu dapat kita jalani dengan perlahan meski tidak sempurna adalah salah satu bentuk kepercayaan diri yang membuat kita untuk selalu berfikir positif. Menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah bentuk anugrah yang tidak bisa semua orang dapatkan. Mendapatkan kesempatan seperti ini adalah salah satu kebanggaan yang perlu kita apresiasi terhadap diri kita sendiri karena sudah berjuang sejauh ini.
Satu hal yang perlu diingat bagi kita setiap manusia yaitu tidak semua kemauan dan keinginan yang ingin kita capai bisa kita dapatkan, harus selalu kita ingat bahwa takdir tidak akan salah pundak dan kamu akan merasakan bahagia hingga kamu lupa bahwa kamu pernah semenyesal ini.