78 Tahun Indonesia Merdeka
Oleh : Tamara Rossa Linda Dengan selaksa rasaMenatap kibaran gagah sang sakaLangkah belum apa-apaRintangan membentang di depan mata Aku merias...
Baca lebih lanjutOleh: Pingkan Rahmadani
Anggap saja pertemuan awal huruf dalam doaku adalah sapaan manja untukmu.
Pada jenggala yang kian menggersang, kuciptakan sebuah pohon yang rindang agar kita bebas berteduh dari jauhnya jarak pandang.
Ada sebagian rasa yang merunduk malu untuk kumengerti.
Di setiap alur yang Allah hibahkan, kita masih kuasa berpapasan, merenungi jawaban, sebab mata masih enggan bersinggungan.
Aku tak ingin menemukan atau ditemukan, kami bukan barang dan kami tidak hilang.
Nanti kita melangkah lebih jauh.
Kisah yang rampung dengan tanda koma ini, biarkan Allah yang mendalangi karena memang kita yang menitipnya.
Aku ingin seperti sepasang pendaki yang bertemu ketika masing-masing sedang berjuang.
Lalu secara alami dan tanpa rencana, garis takdir menyilang menciptakan pertemuan yang jarang.
Maka kupercayakan kau pada sang Maha.
Bagaimana tidak? Tiap jengkal alurku terlewati begitu saja tanpa ada paragraf baru. Jelak. Muak. Jemu.
Biarlah ramaiku dibungkam sunyi, tawaku disimpul mati, asalkan kau datang kembali membawa segudang narasi.
Kelak, akan ada masanya ketika kita mengukir bersama di puncak renjana.
Setelah tau jadi lega.
Segala keluh jadi reda.
Dalam tulisan ini kusenandungkan.
Duhai Purnama. Inilah rinduku.
Oleh : Tamara Rossa Linda Dengan selaksa rasaMenatap kibaran gagah sang sakaLangkah belum apa-apaRintangan membentang di depan mata Aku merias...
Baca lebih lanjutMedan | Neraca -- Tiga mahasiswa lintas program studi Politeknik Negeri Medan yang tergabung dalam Tim Social Project Innovillage yang...
Baca lebih lanjut