Source gambar: sinarpaginews.com
Medan | Neraca – Back to Muslim Identity atau yang kerap disingkat BMI merupakan komunitas pemuda & mahasiswa muslimah yang aktif bersuara dan menyuarakan banyak hal mengenai Islam. Pada Jumat (22/03), BMI menyelenggarakan Safari Dakwah dan Audiensi, yang membahas mengenai problematika umat tanpa perisai di Sekretariat Neraca.
Di tengah bulan Ramadan yang mulia ini, kita lupa bahwa terdapat banyak umat muslim yang kondisinya tidak sedang baik-baik saja. Palestina, Uighur, Rohingya adalah beberapa contohnya. Banyak negera muslim yang dekat namun justru belum mampu menolong mereka. Kondisi yang dihadapi oleh umat Muslim di Palestina, Uighur, Rohingya, dan di beberapa negara lainnya memang memprihatinkan. Meskipun terdapat dukungan moral dan politik dari beberapa negara dan organisasi internasional, masih banyak yang perlu dilakukan untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
Berdasarkan laporan dari berbagai sumber, seperti organisasi kemanusiaan dan media independen, banyak umat Muslim mengalami pelanggaran hak asasi manusia, diskriminasi, dan kekerasan. Nasib umat Islam hingga kini semakin terbengkalai akibat tidak diterapkannya sistem kehidupan yang berlandaskan syariat.
Lalu, apa hubungannya dengan 100 tahun umat tanpa perisai?
Sejarah 100 tahun ini berdasarkan runtuhnya Turki Utsmani pada tahun 1924 atau yang sering dikenang sebagai ‘Abad Turki’, hal ini diawali karena adanya peristiwa gerakan Turki Muda yang menyebabkan kekalahan Turki Utsmani dalam Perang Dunia I, kemudia Musthafa Kemal Pasha mengadakan pembaharuan untuk meruntuhkan kekhalifahan Turki Utsmani. Pada tanggal 3 Maret 1924, Musthafa Kemal Pasha kemudian memanggil semua anggota pendiri organisasi dab mengusulkan untuk melakukan pembubaran khilafah. Keputusannyapun membuat banyak perubahan bagi umat Islam. Di mana, terdapat beberapa syarat yang ia rancang lalu ditanda tangani negara-negara Barat.
Ketiadaan perisai umat telah membawa dampak yang merugikan pada berbagai aspek kehidupan umat Muslim. Hilangnya Khilafah telah menyebabkan kerugian yang meliputi hilangnya keridhaan Allah, kehilangan legitimasi kepemimpinan, kehilangan rasa aman, kehilangan ilmu pengetahuan dan pendidikan, kehilangan kekuatan dan ihad, kemiskinan, kegelapan dan kesalahan pedoman, penghinaan, ketundukan kepada negara-negara penjajah, penindasan, kehilangan keimanan dan keikhlasan, kejahatan, hilangnya negeri-negeri Islam, larangan shalat di Masjid Al-Aqsa, hilangnya kesatuan dan integritas.
Kondisi ini menggambarkan bahwa ketiadaan Khilafah tidak hanya merugikan dalam hal politik dan kepemimpinan, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan, keamanan, dan moralitas umat Muslim secara keseluruhan. Upaya untuk mengatasi kerugian ini memerlukan kesadaran kolektif, kerja keras, dan komitmen untuk mengembalikan peran Khilafah dalam memperjuangkan keadilan, keamanan, dan kesejahteraan umat Muslim di seluruh dunia.
Melalui kegiatan seperti Safari Dakwah dan Audiensi, BMI menyuarakan kesadaran akan pentingnya mengembalikan peran Khilafah sebagai perisai dan pemersatu umat Muslim. Hal ini menandakan perlunya kesadaran bersama untuk memperjuangkan keadilan, keamanan, dan kesejahteraan umat Muslim di seluruh dunia. Semoga dengan upaya ini, umat Muslim dapat bersatu dan mengatasi tantangan yang dihadapi, serta mendapatkan kembali kedudukan serta martabat yang layak dalam panggung dunia.
Dokumentasi kegiatan :
(YSH)