Medan | Neraca – Gelaran Clapham Conference 2025 resmi berakhir dengan sukses besar. Diadakan selama dua hari terhitung tanggal 21-22 November 2025 di Clapham Collective, Centre Point Medan, konferensi ini berhasil menghadirkan perspektif baru bagi ratusan peserta, mulai dari mahasiswa hingga pelaku bisnis papan atas. Mengusung semangat kolaborasi, acara ini tidak hanya mengupas tuntas dunia Food & Beverage (F&B), tetapi juga menyoroti pentingnya branding dan pengembangan industri event di Kota Medan.
Sejak hari pertama, antusiasme peserta sudah terasa. Alya, salah satu peserta mahasiswa, mengaku terkesan dengan suasana lokasi yang mendukung produktivitas. “Tempatnya tuh sangat comfy, gaiss. Kayaknya kalau ngerjain tugas di sini enak, comforting, terus wangi, dan banyak booth-booth. Acaranya juga besar banget, benar-benar super gong and amazing,” ujar Alya yang hadir karena ketertarikannya pada sponsor acara.
Haikal, selaku panitia, mengungkapkan bahwa pergeseran fokus tema tahun ini adalah strategi untuk mematangkan ekosistem. “Kalau tahun sebelumnya kita bawa tema teknologi, tahun ini kita angkat tema event di Kota Medan. Kita mau mengembangkan event di kota ini agar lebih baik lagi,” ujar Haikal. Ia pun mengakui tantangan dalam persiapan acara ini sangat kompleks, “Tantangannya banyak, mulai dari tim, peserta, speaker, hingga persiapan Day 1 dan Day 2. Semua harus disiapkan dengan detail.”
Day 1: Memanusiakan Sebuah Brand
Sesi branding menjadi sorotan utama di hari pertama. Ritter Willy Putra, salah satu pembicara, memberikan wawasan mendalam tentang metode riset branding. Ia menekankan pentingnya thinking process untuk meyakinkan klien.
“Klien akan percaya kalau kita bisa menunjukkan proses berpikir dan bagaimana desain itu bakal hidup. Thinking process itu penting banget,” jelas Ritter.
Satu poin menarik yang dikutip oleh Alya dari sesi Ritter adalah tentang filosofi brand. “Insight yang aku dapat tuh Koko Ritter bilang dia menganggap brand itu sebagai manusia, which is manusia terus bertumbuh. Jadi anggaplah brand itu seperti bagaimana kalian membesarkan bayi kalian sendiri,” tambahnya.
Day 2: Fokus Bisnis, Teknologi, dan Cita Rasa
Pada hari kedua (22/11/2025), fokus beralih tajam ke industri Food & Beverage dengan tema “Business, Tech, Taste”. King, Event Coordinator Clapham Conference 2025, menjelaskan bahwa tema ini dipilih karena relevansinya dengan status Medan sebagai kota kuliner.
“Kita menyediakan wadah bagi para pelaku bisnis maupun profesional yang ingin saling berbagi dan juga tumbuh bersama,” jelas King. Ia menambahkan, “Banyak pendatang baru yang ingin mencari Food and Beverage di Kota Medan. Jadi kita mau mendatangkan pembicara nasional maupun lokal yang sudah sukses, sehingga semakin banyak pelaku bisnis FnB yang lebih go nasional bahkan go internasional.”
Sederet nama besar seperti Gupta Sitorus, Matthew Ardian (Fore Coffee), hingga pendiri TEMU dan Coffeenatics hadir membagikan ilmu mereka. King menekankan bahwa tujuan akhirnya bukan hanya soal makanan enak, tapi juga pelayanan. “Tidak ada gunanya makanan enak tanpa hospitality yang mantap. Jadi service excellence itu menjadi tantangan besar di Kota Medan,” tegas King.
Harapan untuk Medan
Meskipun persiapan acara ini hanya memakan waktu 60 hari, target peserta berhasil terlampaui hingga lebih dari 450 orang. King berharap Clapham Conference bisa menjadi hub edukasi agar warga Medan tidak perlu ke luar negeri untuk belajar bisnis.
“Kita mau menjadikan satu hub ataupun wadah bagi orang-orang Medan yang sangat pengin belajar,” tutup King.
Dengan berakhirnya acara ini, Clapham Conference 2025 telah membuktikan diri sebagai katalisator penting bagi pertumbuhan industri kreatif dan kuliner di Medan, sekaligus memberikan sinyal kuat untuk penyelenggaraan yang lebih besar di tahun 2026. (ESZ/ARS)