Artikel ini ditulis oleh Euodia Evelyn
Tren open table jamu atau party jamu semakin populer di kalangan Generasi Z di berbagai kota di Indonesia. Para pemuda menikmati jamu bersama di tempat umum atau dalam suasana santai sebagai cara baru untuk mengekspresikan budaya lokal. Di sisi lain, tren ini juga menjadi pilihan sederhana dan mudah diakses untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat. Popularitasnya bermula ketika banyak pemuda mulai membagikan video kegiatan open table jamu di platform media sosial seperti TikTok dan Instagram. Tidak lama kemudian, kelompok lain ikut serta dan meniru aktivitas ini.
Fenomena ini semakin menonjol karena jamu, yang sebelumnya identik dengan minuman untuk orang tua, kini kembali diminati oleh generasi muda. Berbagai jenis jamu seperti kunyit asam, beras kencur, temulawak, dan ramuan pahitan seperti brotowali kembali populer. Beberapa kelompok anak muda bahkan menciptakan versi modern jamu, misalnya dalam bentuk shot jamu atau campuran jamu dengan buah, sehingga tampil lebih menarik bagi Generasi Z. Meningkatnya minat terhadap jamu berkaitan erat dengan kesadaran yang lebih tinggi akan kesehatan dan gaya hidup alami, terutama setelah pandemi membuat banyak orang lebih memperhatikan kekebalan tubuh dan cara tradisional untuk menjaga kesehatan.
Tren open table jamu bukan hanya sekadar kebiasaan minum jamu, tetapi juga berkembang menjadi ruang sehat untuk bertemu teman serta menjadi pilihan hiburan yang murah. Banyak anak muda menilai aktivitas ini sebagai cara sehat untuk bersantai dan menjadi alternatif yang baik dibandingkan menghabiskan malam dengan minum alkohol. Kegiatan open table jamu sering diadakan di kafe, area komunitas, car free day, dan bahkan di rumah, sehingga siapa pun dapat ikut serta dengan mudah.
Fenomena ini juga berperan dalam menjaga budaya lokal agar tetap hidup. Banyak pemuda melihat jamu sebagai bagian dari identitas budaya sehingga penting untuk dilestarikan. Dengan mengikuti open table jamu, mereka membantu menghidupkan kembali tradisi minum jamu yang sebelumnya mulai tergeser oleh minuman modern dan makanan cepat saji. Keterlibatan Generasi Z membuat jamu kembali menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan menyebarkan tradisi ini kepada lebih banyak orang melalui media sosial.
Selain itu, tren ini membuka peluang ekonomi baru bagi para peracik jamu tradisional serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Beberapa pedagang jamu di berbagai daerah melaporkan adanya peningkatan penjualan sejak tren ini muncul. Banyak dari mereka kini menangani pesanan dalam jumlah lebih besar, terutama untuk acara komunitas atau kegiatan open table. Beberapa produsen jamu rumahan juga mulai mengembangkan kemasan yang lebih modern dan sesuai selera anak muda agar produk mereka lebih mudah dipromosikan.
Dari perspektif budaya, fenomena ini menunjukkan bahwa generasi muda tidak meninggalkan tradisi. Sebaliknya, mereka menghidupkan kembali praktik yang diwariskan nenek moyang dengan pendekatan kontemporer. Kegiatan open table jamu menjadi bukti bahwa budaya lokal dapat bertahan dan berkembang jika disajikan secara kreatif dan sesuai dengan gaya hidup masyarakat masa kini.
Melihat perkembangan yang positif ini, tren open table jamu diperkirakan akan terus berlanjut. Semakin banyak orang ingin terhubung dengan budaya dan mendukung produk lokal yang kini semakin mendapat perhatian publik. Kolaborasi antara masyarakat, generasi muda, dan para pelaku UMKM dapat membantu open table jamu berkembang menjadi gerakan budaya yang lebih besar dan berkelanjutan. Fenomena ini bukan sekadar tren sementara, tetapi merupakan upaya bersama untuk menjaga tradisi tetap hidup dan memastikan jamu terus menjadi bagian penting dari warisan budaya Indonesia bagi generasi mendatang.
Referensi:
https://news.detik.com/berita/d-8223591/kata-gen-z-soal-party-jamu-jadi-tren-di-medsos