Foto: www.google.com
Karya: Siti Maysara
Senyum seorang gadis tak terlepas dari suatu objek yang sangat mengagumkan di tengah aula sebuah SMA di Surabaya. Seorang pria tampan dan mempesona dengan lihai memainkan tuts-tuts piano itu tak pernah luput dari pandangan gadis itu dari bangku penonton yang ia duduki.
“Kau lihat betapa mempesonanya seorang Daniel Deano” “Ya.. Kau benar sekali dia sudah tampan, jago olahraga, bisa bermain banyak alat musik, dan dia juga sangat pintar. Dia begitu sempurna” Gadis itu hanya membatin sembari membenarkan ucapan mereka. Gadis yang begitu mengagumi pria itu tidak cukup egois untuk memperjuangkan cintanya itu. Baginya bisa melihat pria itu saja sudah cukup.
“Hanna apa kau jadi melanjutkan studimu ke luar negeri?” ucap Raya sedih. “Tentu saja Ray.. Setelah acara perpisahan ini aku akan langsung ke bandara” jawab Hanna seraya tersenyum tipis. Ya.. Hanna sekarang tidak akan bisa melihat si pria lagi. Dia memutuskan kembali ke kota kelahirannya, Berlin, Jerman, setelah 6 tahun ia berada di kota neneknya, Surabaya. “Aku pasti akan merindukanmu Han.. Bagaimana dengan Daniel? Kau sudah memberitahunya?” ucap Raya. “Aku akan sering menghubungimu nanti Raya.. Tenang saja. Dan soal Daniel.. Aku tidak sempat memberitahunya. Dia belakangan ini sering bersama dengan Nadya. Kalau Daniel bertanya tentangku bilang saja kau tidak tahu ” jawab Hanna. Daniel dan Hanna adalah teman yang cukup dekat. Hanna menganggap Daniel lebih dari seorang teman tetapi bagi Daniel Hanna hanyalah seorang teman. Setidaknya itulah yang dipikirkan Hanna tentang Daniel.
Kalau dia juga punya perasaan padaku tidak mungkin dia berpacaran dengan Nadya kan…
“Baiklah.. Maaf tidak bisa mengantarmu ke bandara. Hati-hati dan jaga kesehatanmu” “Kau juga jaga kesehatanmu yaa.. Aku pergi dulu. Sampai jumpa”
*** 8 tahun kemudian “Hei Mark! Hentikan! Bukannya membantu malah merepotkanku saja” ucap Hanna kesal “Haha.. Kau daritadi marah-marah terus nanti cantiknya hilang loh” goda Mark “Terserah kau saja. Dasar Presdir menyebalkan” gerutu Hanna “Hei berbaik hatilah padaku. Sudah meninggalkanku selama 6 tahun lalu kau datang kembali dan kau melupakanku.” ucap Mark dengan ekspresi sok sedihnya. “Hei itu kan sudah 8 tahun yang lalu. Saat itu aku hanya heran saja saat kutinggal kau kan terlihat aneh dengan kacamata tebal itu lalu saat aku kembali kau terlihat sok keren dengan menggunakan setelan denim” ucap Hanna dengan senyum kecilnya. “Bilang saja kalau saat itu aku tampan. Sudahlah aku merajuk padamu. Oh iya sepertinya Pianis yang akan tampil pada ulang tahun perusahaan sudah datang. Ayo segera kesana.” ujar Mark. “Apa kata karyawan kalau melihat Presdir mereka suka merajuk seperti ini. Baiklah ayo kesana” “Aku seperti ini juga hanya padamu. Dasar menyebalkan” gumam Mark. Aihh pria ini, batin Hanna sembari terkekeh
“Oh iya siapa Pianis yang diundang? ” tanya Hanna “Entahlah.. Aku lupa namanya.” jawab Mark. “Bagaimana bisa kau melupakan namanya? Kalian kan sudah pernah bertemu!” ujar Hanna “Yaa.. Lupa juga penyakit manusia Hanna. Yang kuingat dia cukup tampan tapi tidak lebih tampan dariku. Awas saja sampai kau terpesona.” “Baguslah kalau dia tampan aku bisa jadikan dia pacarku nanti” canda Hanna “Awas saja kau Hanna. Tidak akan kurestui” ucap Mark
“Mark kemana Pianis itu? Ini sudah hampir 15 menit. Dasar tidak disiplin.” kesal Hanna. “Sabarlah Hanna. Mungkin dia juga sibuk mengurus konsernya besok. Dia cukup sibuk” jawab Hanna “Kita juga sibuk Mark! “ “Maaf atas keterlambatan kami” ucap seorang pria yang menggunakan pakaian semiformal, sedangkan pria yang menggunakan setelan rapi khas seorang Pianis sedang memusatkan pandangannya pada wanita yang saat ini berdiri di hadapannya. “Perkenalkan kembali saya Presdir JH corp. Mark Johan dan ini penanggung jawab acara ulang tahun JH corp…” “Hanna Alicia” “Saya Dion manajer Daniel dan ini Daniel” “Daniel Deano” ucap Daniel masih tetap manatap Hanna. Bahkan dia tidak menghiraukan uluran tangan Mark dan hanya menerima uluran tangan Hanna. Jangan tanyakan bagaimana perasaan yang dirasakan Hanna. Sedari tadi dia menahan gugup bahkan bernapas pun susah baginya.
Ya… Daniel Deano adalah pria yang delapan tahun lalu berada di hati Hanna. Atau mungkin sekarang pun perasaan itu masih ada padanya. Tidak banyak yang berubah pada lelaki itu. Bahkan dia terlihat lebih tampan dia juga terlihat lebih dewasa. Tetapi, Hanna marasa aura yang dikeluarkan pria itu tidak seceria dahulu.
Apakah ada hal buruk yang terjadi padanya?
“Baiklah mari kita mulai diskusikan acara untuk lusa” lanjut Mark. Selama diskusi berjalan, Daniel sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Hanna. Hanna yang tau bahwa Daniel terus memandang dirinya pun semakin gugup. Keduanya sama sekali tidak bisa fokus pada jalannya diskusi. Mark yang menyadari tidak fokusnya Hanna pun berbisik pada Hanna menanyakan apakah dia baik-baik saja. “Aku baik Mark” jawab Hanna sambil memaksakan sebuah senyuman. Mark membalas senyuman Hanna sembari mengusap lembut surai kecokelatan gadis itu. Daniel yang sedari tadi memperhatikan Hanna merasa aneh dengan perilaku Mark yang menurutnya terlalu lancang.
Apa-apaan pria itu? Apa begitu seorang Presdir memperlakukan karyawannya?
Dari rapat sore tadi hingga saatnya makan malam Hanna hanya diam. Bahkan gadis itu merutuki Mark yang mengajak Daniel dan manajernya makan malam bersama. “Hanna.. Apa kau sakit? Kau nampak pucat” khawatir Mark. “Aku tidak apa-apa Mark. Tidak usah berlebihan begitu” jawab Hanna “Berlebihan bagaimana? Kau selalu saja membuatku khawatir” kesal Mark. Ada hubungan apa sebenarnya mereka? Haaa kenapa panas sekali? Menyebalkan
Setelah selesai makan malam, hati Hanna sedikit lebih lega. “Hanna kau tidak sakitkan?” kata Mark. “Tidak Mark. Aku baik-baik saja” “Jadi kenapa kau diam saja daritadi? “ “Hm.. Kau ingat pria yang pernah kuceritakan padamu dulu?” “Yang mana? Ah.. Pria yang sangat kau sukai saat kau di Indonesia itukan? Hm siapa namanya? Da.. Dan.. Daniel iya Daniel. Tunggu.. Daniel? Jangan bilang?” “Yahh.. Seperti yang kau pikirkan Mark” “Wow.. Luar biasa. Apa kau masih menyukainya? “ “Aku tidak tahu.” “Okeee aku punya ide. Mulai sekarang kau jadi pacarku saja” “Kau sudah gila!!” “Tidak benar-benar. Hanya untuk menguji apakah dia masih menyukaimu” “Tidak perlu. Dia tidak menyukaiku.” “Kau memang bodoh Hanna. Dia menyukaimu. Kau tahu ekspresi dia saat melihat kedekatan kita tadi? Dia seperti mau memakanku. Ayo kita lakukan mulai besok. Membuat dia murka haha.. “ “Dasar gila.Terserah kau saja Mark”
Keesokan harinya Hanna datang ke hall yang akan digunakan untuk acara ulang tahun JH corp. Hanna berharap tidak ada yang terjadi selama dia disini. Tapi itu hanya sekedar harapan. Terbukti saat ini tangannya sedang ditarik oleh orang yg ingin dia hindari, Daniel. “Hanna…” “…” “Kau melupakanku? Kau tidak mengingatku? “ “…” “Hanna!! Jawab aku!! ” ucap Daniel frustrasi. “…” Hanna tidak menjawab dan ingin melangkahkan kakinya menjauhi Daniel tapi Daniel sudah lebih dulu menarik Hanna ke dalam pelukannya. “Hanna.. Aku merindukanmu.. Jangan pergi.. Kumohon.. ” lirih Daniel “Maaf kau tidak seharusnya menyentuh milikku” ucap Mark setelah menarik Hanna dari pelukan Daniel. “Apa-apaan kau! Kau tidak berhak atas Hanna” geram Daniel menahan amarah. “Maaf bukankah saya dengan jelas mengatakan bahwa Hanna adalah milik saya?” ucap Mark dengan membalas tatapan tajam Daniel padanya. Daniel yang mendengar pernyataan Mark hanya bisa menatap sendu mata sang gadis pujaan, sedangkan Mark tertawa dalam hatinya. Hahahaha kena kau
Selama latihan Daniel tidak bisa fokus. Bagaimana ia bisa fokus kalau daritadi ia terusik dengan suara tawa Hanna dan Mark belum lagi skinship yang dilakukan Mark pada Hanna. Contohnya sekarang, lelaki itu dengan seenaknya memeluk Hanna lalu menidurkan kepalanya di bahu Hanna.
Haaa aku mau meledak saja rasanya melihat mereka seperti itu
“Han.. Sepertinya rencanaku berhasil. Lihatlah si Daniel sedari tadi tidak fokus latihan, belum lagi tampangnya seperti ingin membunuh orang” bisik Mark pada Hanna.
Benarkah? Apa ia juga menyukaiku?
“Bicaralah dengannya.. Selesaikan permasalahan kalian” ucap Mark “Hm.. Benar. Sepertinya dia dan aku harus bicara.”
Setelah Daniel selesai berlatih, ia kembali menarik Hanna untuk meminta penjelasan atas semua yang terjadi. Dulu dan sekarang. Saat sampai di atap Hall, keheningan menyelimuti mereka. Hanna yang tidak tahan dalam situasi itu pun angkat bicara. “Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan aku pulang saja” ujar Hanna hendak pergi. Jual mahal sedikit boleh sepertinya haha “Bagaimana kabarmu Hanna? Sepertinya kau baik. Apa kau bahagia disini? Tentu saja kau bahagia bahkan kau sudah memiliki kekasih yang luar biasa.” ucap Daniel tanpa berani menatap mata gadis didepannya.
Haha kenapa dia sangat menggemaskan? Pergi kemana tampang memyeramkannya tadi?
“Kenapa kau bertanya kalau kau juga yang menjawabnya?” ujar Hanna yang tidak bisa menahan tawanya lagi. “Hei kenapa tertawa? Ini tidak lucu Hanna! ” “Maaf. Tapi kau lucu sekali Daniel” ujar Hanna masih dengan tawanya. “Bahkan kau masih bisa tertawa lebar seperti itu” gumam Daniel.
“Kenapa kau pergi tidak memberitahuku sama sekali?” tanya Daniel
“Apa aku berbuat salah padamu? Apa aku tidak ada artinya bagimu sampai kau pergi pun tidak memberitahuku?” lanjut Daniel
“Tidak. Kau tidak berbuat salah Dan. Akulah yang salah. Kau sangat berarti untukku. Mungkin aku yang tidak berarti bagimu.” Jawab Hanna
“Apa maksudmu?”
“Aku salah karena aku menyukaimu saat itu, padahal kau sudah milik wanita lain”
“Kau menyukaiku? Kenapa tidak kau katakan padaku?”
“Kukatakan juga tidak ada gunanya Dan. Lagipula aku kan wanita. Wanita tidak seharusnya mengutarakan perasaannya lebih dulu.” ucap Hanna lengkap dengan senyum tipisnya.
Penyesalan. Itulah yang sedang menghampiri seorang Daniel Deano. Kenapa dia tidak mengetahui bahwa Hanna juga memiliki perasaan itu padanya?.
“Hanna..”
“Sudahlah Dan. Itu sudah berlalu. Tidak per..”
“Hanna.. aku.. ak-aku juga suka padamu saat itu.. bahkan sampai sekarang” potong Daniel
“Apa yang kau katakan Dan? Tidak perlu menghiburku seperti itu.” Sanggah Hanna,
“Tidak Hanna. Aku tidak sedang menghibur dirimu. Aku mengatakan yang sebenarnya. Dan Nadya itu sebenarnya hanya sepupuku. Kami tidak berpacaran. Itu hanya rencana Nadya untuk melihat apakah kau juga menyukaiku. Tidak kusangka kau malah menjauh dariku dan pergi tanpa memberitahuku. Itu semua salahku. Maafkan aku Hanna.” Cerita Daniel.
Sedetik kemudian Daniel menarik Hanna kedalam dekapan hangatnya. Ia ingin melampiaskan rasa rindunya selama delapan tahun kepada gadis yang ia cintai ini.
“Hanna.. kumohon.. jangan pergi lagi.”
“…”
“Tapi sepertinya di hatimu sudah bukan diriku lagi” gumam Daniel masih memeluk Hanna. Hanna merasa bahu Daniel bergetar, lalu terdengar isakan kecil dibahunya. Pria itu menangis. Menangisi cintanya yang sepertinya akan kembali meninggalkannya.
“Hei Daniel..” ucap Hanna berusaha melepaskan pelukan Daniel.
“Biarkan seperti ini dulu.. kumohon. Selama kau meninggalkanku aku tidak punya apapun yang kuinginkan dalam hidupku. Aku hanya menginginkanmu. Aku menjadi pianis dengan harapan bisa bertemu denganmu karena kau sangat menyukai piano. Aku bersyukur harapanku benar-benar terjadi” ucap Daniel.
“Daniel. Apa kau benar-benar masih menyukaiku?” tanya Hanna
“Tentu. Rasa itu belum berakhir dan tidak akan berakhir. Bahkan bertambah besar tiap detiknya.” “Kau tidak ingin melepaskan pelukanmu? Aku tidak bisa bernapas Dan.”
“Tidak mau. Kalau kulepas tidak ada jaminan bisa memelukmu lagi kedepannya.” Gumam Daniel.
“Kau bisa memelukku setiap hari Daniel. Aku milikmu.” Ucap Hanna
“Ya.. aku tahu. Tunggu.. kau milikku?” ujar Daniel melepas pelukannya.
“Jangan bercanda Hanna.”
“Aku tidak bercanda Dan.”
“Lalu kau akan meninggalkan CEO jelek itu demi bersamaku?”
“CEO jelek? Hei Mark itu sangat tampan. Dan aku tidak akan meninggalkannya.”
“Bahkan kau memujinya. Jadi kau mau aku jadi selingkuhanmu begitu? Hmm baiklah jadi selingkuhanmu juga tidak apa-apa asalkan kau bersamaku.” Ucap Daniel.
“Kau gila Daniel. Siapa yang mau menjadikanmu selingkuhanku?” tawa Hanna pun meledak. Sedangkan raut wajah Daniel nampak kebingungan.
“Aku dan Mark hanya teman sedari kami kecil. Tidak ada hubungan khusus. Kemarin itu dia hanya mengerjaimu saja Dan” jawab Hanna masih dengan tawanya.
Mendengar itu Daniel langsung membawa Hanna kembali kepelukannya.
“Kau adalah milikku selamanya milikku Hanna. Kumohon jangan pergi tanpa seizinku.”
“Iya Daniel.”
“Tapi kau dan temanmu itu terlalu dekat. Aku cemburu.” Gumam Daniel.
“Kami memang seperti itu dari dulu” “Aku tidak sukaa… jangan terlalu dekat dengannya..” rengek Daniel.
“Haha.. iya-iya baiklah”
Pada akhirnya cinta mereka kembali kepada pemiliknya. Sejauh atau selama apapun itu mereka tetap akan kembali jika saatnya tiba. Cinta yang mereka miliki belum berakhir walaupun dihadang oleh berbagai hal. Mungkinkah itu cinta sejati? Ya.. bisa saja.
|