Medan | Neraca dan Kaki Publisher – Menjadi seseorang yang menggeluti profesi sebagai musisi cover adalah suatu hal yang tidak mudah. Meskipun demikian, menjadi musisi cover pun tidaklah sulit. Banyak manis dan pahit yang harus dijalani kalau ingin menjadi seorang musisi.
Demikian sebuah ungkapan dari Abdul Aziz Hedra, seorang musisi cover pria asal Kota Medan. Ia adalah salah satu dari beberapa anak muda di Kota Medan yang aktif dalam skena musik cover di Kota Medan. Berkat aktif di skena musik ini, dirinya semakin dikenal oleh anak muda di Kota Medan maupun di luar Medan.
Hingga saat ini, dirinya tercatat memiliki 1,43 ribu subscribers di YouTube dan 11,1 ribu followers di Instagram. Mayoritas pengikut dan pendengarnya adalah kaum hawa. Berkat aktif di skena musik ini pula dirinya beberapa kali diajak kolaborasi dengan musisi lainnya. Bahkan, pada 2020 lalu dirinya digaet oleh salah satu manajemen musik di Kota Medan untuk menjadi bagian dari mereka.
Pria yang sering disapa Adul ini memulai debut kariernya sebagai musisi cover pada awal 2018. Bagi dirinya, menekuni profesi ini adalah suatu hal yang tidak mudah. Sebab, dirinya harus mampu memahami setiap karakteristik lagu yang akan dinyanyikan. Jika tidak, maka tidak akan mampu menarik hati para pendengar atau penonton.
Biaya produksi yang mahal pun juga menjadi alasan dirinya mengucapkan bahwa menjadi musisi cover tidaklah mudah. Dalam sekali produksi, dirinya harus menggocek kantong sebesar lima ratus ribu rupiah. Dirinya mengungkapkan, hal ini dilakukannya demi mencapai hasil yang bagus.
Dalam setiap video Adul, dirinya memang selalu tampil secara totalitas. Audionya yang jernih dapat memanjakan telinga pendengarnya. Video yang ia kemas secara apik pun tak kalah memanjakan visual penontonnya.
“Kalau dibilang mahal, sih, relatif, ya. Tiap orang kan beda-beda. Tapi, demi hasil yang bagus menurutku enggak apa-apa,” terang mahasiswa Manajemen USU 2018 ini.
Belum lagi jika membahas persoalan royalti dan hak cipta yang selalu menjadi bayang-bayang para musisi cover. Namun, hal ini bukan menjadi permasalahan yang besar bagi Adul. Dirinya berpendapat bahwa sudah seharusnya musisi cover mengikuti regulasi yang ada.
“Mau bagaimana pun aku selalu mencantumkan nama musisi dari lagu yang aku cover. Itu merupakan caraku untuk menghargai pemilik lagunya. Kalau royalti, aku siap untuk berbagi royalti,” terang Adul.
Lebih lanjut, Adul pun mengatakan bahwa menjadi musisi cover tidak sulit pula. Banyaknya media dalam jaringan yang kian berkembang pesat menjadi jalan dan tempat bagi anak-anak muda untuk berkarya di zaman yang serba digital ini.
Selain itu, gawai yang kian hari kian canggih pun juga dapat dimanfaatkan. Merekam audio dan video melalui gawai bukan merupakan suatu kesalahan. Tentu hal ini menjadi sebuah solusi bagi anak muda yang ingin berkarya namun memiliki dana yang terbatas untuk menggunakan jasa perekaman profesional.
“Setiap kendala pasti ada solusinya. Sekarang hanya persoalan kita mau atau tidak mencari solusinya,” tuturnya.
Di usianya yang masih muda ini, ia mampu menjadi sosok yang produktif di bidang musik. Tercatat, Adul merupakan musisi cover pria yang saat ini paling terkenal di Kota Medan. Berkat keeksistensian dan kekonsistensiannya di skena musik cover Kota Medan, Adul mampu menghantarkan dirinya pada titik pencapaiannya saat ini.