Tiada Hasil
Tinjau Semua Hasil
  • Beranda
  • Kampus
    • KEMA
    • BEM
    • DPM
    • LPM
    • UKM
    • HMPS
  • Umum
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Ekonomi
  • Publikasi
    • Buletin
    • Majalah
  • Opini
  • Tips dan Trik
  • Tentang Kami
Tiada Hasil
Tinjau Semua Hasil
PORTAL BERITA
  • Beranda
  • Kampus
    • KEMA
    • BEM
    • DPM
    • LPM
    • UKM
    • HMPS
  • Umum
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Ekonomi
  • Publikasi
    • Buletin
    • Majalah
  • Opini
  • Tips dan Trik
  • Tentang Kami
Tiada Hasil
Tinjau Semua Hasil
LPM Neraca
Tiada Hasil
Tinjau Semua Hasil
Beranda Umum

Tren AI Gaya Ghibli, Kreatif atau Langgar Hak Cipta?

lpmneraca oleh lpmneraca
April 7, 2025
dalam Umum
0 0
0
117
PENONTON
Share on FacebookShare on Twitter

Belakangan ini, media sosial diramaikan oleh tren foto bergaya Ghibli yang dihasilkan melalui teknologi AI. Dalam tren ini, foto biasa dapat diubah menjadi gambar dengan suasana khas film-film karya Hayao Miyazaki, seperti My Neighbor Totoro atau Spirited Away. Cukup dengan bermodalkan ChatGPT atau platform berbasis AI lainnya, gambar ala Jepang dengan nuansa nostalgik tersebut bisa tercipta dengan mudah.

Namun, tren ini memicu pro dan kontra. Banyak warganet menilai bahwa penggunaan AI untuk menciptakan gambar bergaya Ghibli merupakan bentuk pelanggaran hak cipta, karena dianggap meniru gaya visual milik Studio Ghibli tanpa izin.

Di Amerika Serikat, lebih dari 400 artis ternama Hollywood, termasuk Ben Stiller dan Paul McCartney, diketahui telah melaporkan perusahaan teknologi seperti OpenAI dan Google atas dugaan penggunaan karya para seniman tanpa izin dalam pelatihan AI.

Seorang pengguna Instagram menyampaikan kritik keras terhadap tren ini melalui unggahannya:

“Penggunaan AI dalam mengubah foto ke nuansa Ghibli adalah pencurian terhadap kreativitas jika tidak meminta izin dahulu kepada pencetusnya apalagi hal ini disebarluaskan dalam jangkauan yang sangat luas.”

Beberapa pengguna media sosial juga menolak menggunakan fitur AI yang meniru gaya Ghibli karena dianggap tidak menghargai hak cipta.

Sementara itu, menurut hukum hak cipta di Jepang, penggunaan karya berhak cipta untuk pelatihan AI diperbolehkan demi pengembangan teknologi. Namun, regulasi tersebut belum secara jelas mengatur batasan antara kepentingan pribadi dan komersial. Hingga kini, pihak pengembang AI belum memberikan tanggapan signifikan terhadap kontroversi ini.

Di sisi lain, ada pula pendapat yang menyambut positif tren ini. Beberapa pengguna menganggap fitur AI tersebut menarik karena mampu menghadirkan suasana damai dan penuh nostalgia masa kecil.

”Gambar yang dihasilkan dengan teknologi AI ini terkesan canggih dan penuh nostalgia, seakan ini  adalah adegan kenangan lama,” ujar seorang pengguna platform X.

Meningkatnya popularitas tren ini kembali menyoroti pandangan Hayao Miyazaki terhadap AI. Sejak tahun 2016, Miyazaki sudah mengkritisi peran AI dalam seni. Dalam sebuah pameran karya AI, ia melihat animasi yang menampilkan potongan tubuh menggeliat sambil menyeret kepalanya. Alih-alih terkesan, Miyazaki mengaku sangat jijik melihatnya.

“Setiap pagi, dalam beberapa hari terakhir, saya melihat teman saya yang memiliki disabilitas. Sangat sulit baginya untuk sekadar melakukan tos, lengannya yang berotot kaku tidak dapat menjangkau tangan saya. Sekarang, ketika memikirkannya, saya tidak bisa menonton hal-hal ini dan menganggapnya menarik. Siapapun yang menciptakan hal-hal ini tidak tahu apa itu rasa sakit,” katanya kepada AP News.

“Saya tidak akan pernah ingin memasukkan teknologi ini (AI) ke dalam karya saya. Sama sekali tidak. Saya benar-benar merasa bahwa ini merupakan penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri,” tegasnya.

Meski demikian, hingga kini Studio Ghibli belum mengajukan gugatan hukum terhadap tren AI bergaya Ghibli ini. Di tengah polemik, sempat beredar surat pernyataan di media sosial yang mengklaim bahwa Studio Ghibli telah menggugat kasus tersebut. Namun, laporan dari media IT Jepang mengungkap bahwa surat itu palsu. Pihak Studio Ghibli telah mengonfirmasi bahwa mereka tidak pernah menerbitkan pernyataan resmi terkait masalah ini.

Teknologi AI memang sangat canggih dan mampu membantu pengguna mengekspresikan imajinasi visual dengan cara yang memukau. Namun, di sisi lain, AI juga menimbulkan kekhawatiran karena dapat menyaingi karya berbasis kekayaan intelektual. Bahkan, para pencipta karya kini tidak hanya bersaing dengan sesama seniman, tetapi juga dengan versi modifikasi dari karya mereka sendiri yang dihasilkan oleh AI.

Dengan gambaran kasus ini, pertanyaan besarnya pun muncul:

Apakah AI akan menjadi sahabat manusia yang mendukung kreativitas, atau justru menggeser peran dan pekerjaan mereka di masa depan? (IWM)

Referensi:

https://www.bbc.com/indonesia/articles/cx28n2d7nnko

https://kumparan.com/kumparantech/viral-foto-ghibli-dari-chatgpt-kritik-hayao-miyazaki-soal-gambar-ai-muncul-lagi-24leaDr597E

https://www.jalurinfosulbar.id/hiburan/97914893494/pemilik-studio-ghibli-merasa-terhina-dengan-tren-ai-di-chatgpt

Tag: AIghiblihak ciptajepangtren

Terkait Pos-pos

Umum

Pekan Kuliner Khas IV 2025 Hadirkan Rasa Halal, Aman, dan Sehat di Jantung Kota Medan

oleh lpmneraca
Juli 6, 2025
0

Medan | Neraca – Jalan Mesjid Raya Medan kembali diramaikan oleh antusiasme masyarakat dengan hadirnya Pekan Kuliner Khas IV 2025...

Baca lebih lanjut

SABI Project Menyerukan Kesadaran untuk Menjaga Lingkungan Lewat BumiKita Fest 2025

Juni 6, 2025

LPM Dinamika Sukses Gelar Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar ke XV

Mei 26, 2025

LPM Suara USU Gelar Workshop“Dasar-Dasar Desain Digital“ Bersama Pemateri Nadira Natalie Kuechler

Mei 26, 2025

UKM LPM Teropong Sukses Selenggarakan PJTD 2025 di Fakultas Pertanian UMSU

Mei 18, 2025

Wajib Kantongi SKK untuk Jurnalis Asing, Ancaman Baru bagi Kebebasan Pers?

Mei 11, 2025

Popular Posts

Artikel

Richi Fransisco, Mahasiswa Politeknik Negeri Medan, Berhasil Menembus 43 Besar dari Total 4.000 Peserta di Ajang BTN Jakarta International Marathon 2025

oleh lpmneraca
Juli 7, 2025
0

Medan | Neraca – Prestasi membanggakan berhasil ditorehkan Richi Fransisco, mahasiswa Politeknik Negeri Medan (Polmed) Program Studi Teknik Elektronika, yang...

Baca lebih lanjut

Richi Fransisco, Mahasiswa Politeknik Negeri Medan, Berhasil Menembus 43 Besar dari Total 4.000 Peserta di Ajang BTN Jakarta International Marathon 2025

“Pagi Bening” Sukses Pukau Penonton di Panggung FBS Unimed

Pekan Kuliner Khas IV 2025 Hadirkan Rasa Halal, Aman, dan Sehat di Jantung Kota Medan

Gen Z Mudah Distir Standar TikTok? Realita Pahit di Balik FYP

Konflik Iran vs Israel dan Campur Tangan AS Picu Ketidakstabilan Ekonomi Global,Indonesia Terancam Krisis Ekonomi

Polmed Gelar UTBK Jalur Mandiri Nasional 2025, Mahasiswa Diimbau Tidak Beraktivitas di Kampus

Muat Lebih Banyak


Popular Posts

Kekecewaan Cinta dalam Lagu ‘I Don’t Love You’ dari My Chemical Romance

oleh lpmneraca
Maret 15, 2024
0

Birds of a Feather Karya Billie Eilish Ungkapkan Cinta yang Obsesif dan Posesif

oleh lpmneraca
Juli 17, 2024
0

Drunk Text by Henry Moodie: Mengungkap Perasaan Cinta Dalam Diam dan Ketakutan Friendzone

oleh lpmneraca
Februari 20, 2024
0

LPM Neraca

© 2024 LPM Neraca Polmed

Contacts

Follow Us

Tiada Hasil
Tinjau Semua Hasil
  • Beranda
  • Kampus
    • KEMA
    • BEM
    • DPM
    • LPM
    • UKM
    • HMPS
  • Umum
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Ekonomi
  • Publikasi
    • Buletin
    • Majalah
  • Opini
  • Tips dan Trik
  • Tentang Kami

© 2024 LPM Neraca Polmed

Selamat Datang Kembali!

Masuk ke akun Anda di bawah ini

Lupa Kata Sandi?

Buat Akun Baru!

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

Semua bidang diisi. Masuk

Dapatkan kembali kata sandi Anda

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk

Tambahkan Daftar Putar Baru