Medan | Neraca – Keluarga Mahasiswa (KEMA) Politeknik Negeri Medan menggelar konsolidasi pada Rabu, 31 Juli 2024, untuk membahas isu hangat mengenai dugaan pungutan liar (pungli) dalam proses penerimaan mahasiswa baru. Isu ini telah menimbulkan kekhawatiran dan merusak citra kampus. Dalam pertemuan tersebut, para mahasiswa menyatakan keprihatinan mereka terhadap tuduhan yang beredar. Mereka menekankan pentingnya menjaga nama baik Polmed sebagai institusi pendidikan yang menjunjung tinggi integritas dan kejujuran.
Arief Fadillah Lubis, Presiden Mahasiswa BEM Polmed Periode 2023/2024, menanggapi isu ini, “kalau dari saya sendiri, kita melihat dari dua minggu yang lalu berita beredar terkait dengan pungli yang dilakukan di lingkungan Politeknik Negeri Medan. Sebagai mahasiswa, pastinya kita tidak ingin nama kampus kita tercoreng. Dari berita-berita yang beredar, itu hanyalah dugaan. Konsolidasi ini menjadi wadah untuk mencari informasi lebih lanjut apakah itu benar atau hanya dugaan. Kita baru mendapat informasi bahwa itu hanya dugaan dan tidak ada pungli di Politeknik Negeri Medan. Kita juga ingin membersihkan nama baik Politeknik Negeri Medan di luar karena viralnya berita tersebut memperburuk citra kampus,” ungkapnya.
Muhammad Kenny Febrian Ginting, Wakil Presiden Mahasiswa BEM POLMED Periode 2023/2024, juga menanggapi, “sebagai mahasiswa, tentu kita tidak ingin nama kita dan Polmed tercoreng. Konsolidasi ini bertujuan untuk klarifikasi, bukan dalam hal yang salah tapi untuk membuktikan bahwa Polmed tidak bersalah. Kami yakin ada alasan yang akan disampaikan oleh direktorat.”
Arief Fadillah Lubis juga menyampaikan harapan, “setelah konsolidasi, kita akan audiensi untuk meminta penjelasan rinci dari pihak direktorat terkait isu pungli. Harapannya, pihak Politeknik Negeri Medan bisa membuka secara rinci permasalahan yang terjadi. Jika tidak ada pungli, bisa diklarifikasi dan informasinya diberikan kepada mahasiswa. Dengan demikian, kita juga bisa menyebarkan berita yang sudah diklarifikasi untuk membersihkan nama Politeknik Negeri Medan di masyarakat.”
Muhammad Yuda, Ketua Umum Dewan Perwakilan Mahasiswa, menanggapi, “masalah isu pungli ini harus diklarifikasi karena kata pungli ini mencemarkan nama baik Politeknik Negeri Medan. Kami berharap seluruh Ormawa Polmed membuat pernyataan dan bergerak bersama BEM, NERACA, dan DPM untuk segera merealisasikan audiensi dan mendapatkan statement yang pasti untuk membantah pihak media yang mencoreng nama baik Politeknik Negeri Medan.”
Rohimulloh, Ketua Himpunan Mahasiswa D3 Teknik Sipil, berpendapat bahwa isu ini menjelekkan nama Politeknik. Sebagai mahasiswa Polmed, ia tahu bahwa setiap tahun sudah ada aturan yang jelas. Ia mengira isu ini mungkin ada simpang siur dari direktorat ke mahasiswa atau masyarakat. Solusinya adalah mengaudiensikan ke direktorat agar mereka menyampaikan bahwa isu tersebut salah.
“Harapannya, lebih terbuka dalam setiap tahap tes untuk calon mahasiswa baru. Misalnya, dalam tes-tes yang dilaksanakan, karena kita tidak tahu pemikiran masyarakat dan mahasiswa. Jika ada miskomunikasi, itu bisa memicu masalah di dunia maya yang mudah menyebar. Supaya nama Politeknik Negeri Medan menjadi baik lagi,” harapnya.
Hasil konsolidasi sebagai tindak lanjut, KEMA memutuskan untuk melakukan audiensi dengan pihak direktorat untuk meminta klarifikasi mengenai dugaan pungli tersebut. Para mahasiswa berharap pihak kampus dapat memberikan penjelasan yang transparan dan meyakinkan. Selain itu, KEMA juga akan aktif menyebarluaskan informasi yang benar kepada masyarakat, khususnya mahasiswa dan calon mahasiswa, guna memperbaiki citra Polmed yang terdampak oleh isu ini, agar nama Politeknik Negeri Medan bersih dari isu-isu yang beredar. (PA/RH)